see whats on my garden? *%&$#
Jumat, 17 Desember 2010
Tata Ruang Luar
Minggu, 28 November 2010
Kritik Arsitektur dengan METODE DESKRIPTIF pada Margo City
well, siapa sih yang gak kenal Margo City?
Pusat perbelanjaan di jalan Margonda Raya (jala
n yang notabene adalah akses utama kota Depok), selain it
u yang bikin Margo City beken adalah focal point pada bagian roofnya..
anyway, sebelum kita ngebahas mengenai Margo City, lebih
baik kita check dulu profilenya
Peta Lokasi Margo City
(tak kenal maka tak sayang)
Night View
Margo City merupakan Pusat Belanja & Hiburan yang terletak di Jl. Margonda Raya, dengan gedung berdesain dinamis dan modern. Margo City dibangun dengan luas bangunan 67.000 M2 berdiri di atas tanah seluas 7.5 Ha. Margo City yang mengedepankan pelayanan terbaik sebagai acuan dalam mengelola manajemen gedung tersebut, juga didukung dengan desain arsitektur yang khas dan unik, yaitu memiliki land mark sebuah crown berbentuk rangkaian bes
i tersusun menjulang di atas atrium dan skylight, setinggi 40 m. Bangunan 4 lantai yang terdiri dari Lower Ground, Ground Floor, 1st Floor dan 2nd Floor ini dilengkapi dengan 4 void dan Escalator, Travelator dan Elevator bagi pengunjung.
Bangunan Kolonial yang tetap dipertahankan
Leased Mall yang mengadopsi konsep Single Coridor ini, berawal dari konsep comprehensive yang menerangkan arti kata “city” yaitu kota yang didalamnya terdapat berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut dikembangkan dalam bentuk clustered dan terwujud dalam 3 zona yang meliputi: Margo Zone, City Zone dan O-Zone dengan rincian:
- Margo Zone adalah area Food & Beverage dengan rangkaian café, restoran, patisserie and bakery serta Food Court dengan desain unik ber kapasitas 500 tempat duduk.
- City Zone merupakan area retail fashion dan life style yang menampilkan beragam fasilitas dan brand dari dalam maupun luar negri.
- Melengkapi kedua zone tersebut, area depan Margo City di lengkapi dengan O-Zone, sebuah area outdoor dengan kelengkapan fasilitas olahraga dan out door seperti : futsal, basket, jogging track, cycling track, skateboard area, bungee trampoline serta beragam fasilitas untuk mahasiswa (students center, DVD/ VCD rental, studio recording, café, dll).
Mengusung konsep minimalis, mal ini tidak banyak menampilkan ornamen pada interiornya kecuali lengkungan sisi berwarna putih penyangga atap yang hanya berada di satu sisi. Warna yang digunakan pun tidak terlalu banyak, hanya menggunakan perpaduan warna jingga, biru dan putih. Hal ini menunjukkan bahwa hal yang ingin ditonjolkan oleh margo city adalah sculpture berupa lengkungan besi berwarna putih. Konsep ini sangat berhasil karena sculpture ini kemudian menjadi landmark jalan margonda raya, dan dapat dilihat dari jarak yang cukup jauh.
Margo City memiliki koridornya yang luas. Di lantai dasar lebarnya sekitar 9 meter dan di lantai atas selebar 3 meter. Mal ini juga mengadaptasi koridor tunggal supaya pengunjung tidak bingung mencari toko tujuan.
Desain ini juga menguntungkan penyewa karena pengunjung bisa langsung melihat semua toko yang ada di mal, tidak seperti Depok Town Square yang memberikan alur sirkulasi yang menyulitkan pengunjung, karena adanya permainan arah eskalator.
Atrium terdapat di depan pintu utama seluas 400 meter persegi dengan langit-langit kaca tembus pandang setinggi 40 meter, sehingga pengunjung dapat menikmati pencahayaan alami dan pengelola dapat mengurangi penggunaan pasokan listrik di siang hari. Dari atrium tampak mahkota Margo City berupa rangkaian besi berwarna putih. Mahkota ini dibuat dengan tujuan menjadikan Margo sebagai Landmark Depok.
Margo City sendiri sejak awal direncakan sebagai pusat perbelanjaan dan pusat hiburan dengan area open space yang besar. Dapat terlihat dengan adanya area bermain bagi anak – anak dan remaja. Tersedia fasilitas untuk bermain skateboard, dan juga flying fox.
Ide memberi ruang terbuka di depan mal memang memberikan kesan lapang, tapi sayangnya ini membuat Margo hanya ramah bagi pemilik kendaraan bermotor. Pengunjung harus berjalan kaki sekitar empat menit untuk mencapai pintu utama. Untuk itu pengelola menyediakan sarana transportasi berupa mini train untuk pengunjung yang berjalan kaki.
Kanopi yang melindungi jalur pejalan kaki pun tidak sepenuhnya memadai menaungi pejalan kaki karena memiliki celah-celah yang bisa diterobos sinar atau air. Pemilik kendaraan juga mengalami masalah yang sama karena kanopi yang disediakan tidak menjangkau lokasi parkir yang jauh dari bangunan utama.
Dari sisi lingkungan, mal ini sebetulnya bisa menjadi bangunan yang lebih ramah lingkungan jika ruang terbuka yang menjadi wilayah resapan air tidak sepenuhnya ditutupi paving block. Alternatifnya, bisa disediakan area terbuka dengan pepohonan yang cukup banyak.
Hal yang patut dipelajari dari Margo City adalah letaknya yang berdekatan dengan Depok Town Square, hal ini menjadikan area jalan di depan margo City menjadi simpul kemacetan jalan Margonda Raya. Seharusnya pemerintah kota mempertimbangankan lokasi antar mall, karena dapat berdampak buruk pada aksesibilitas jalan. Selain itu, perlu dipertimbangkan mengenai kecocokkan tata guna lahan yang telah ditetapkan dengan penggunaan bangunan itu sendiri. Jangan sampai merubah tata guna lahan sebagai daerah resapan air menjadi bangunan yang hanya mempertimbangkan nilai ekonomi.
Margo City dan Kritik
well, siapa sih yang gak kenal Margo City?
Pusat perbelanjaan di jalan Margonda Raya (jalan yang notabene adalah akses utama kota Depok), selain itu yang bikin Margo City beken adalah focal point pada bagian roofnya..
anyway, sebelum kita ngebahas mengenai Margo City, lebih baik kita check dulu profilenya
(tak kenal maka tak sayang)
Margo City merupakan Pusat Belanja & Hiburan yang terletak di Jl. Margonda Raya, dengan gedung berdesain dinamis dan modern. Margo City dibangun dengan luas bangunan 67.000 M2 berdiri di atas tanah seluas 7.5 Ha. Margo City yang mengedepankan pelayanan terbaik sebagai acuan dalam mengelola manajemen gedung tersebut, juga didukung dengan desain arsitektur yang khas dan unik, yaitu memiliki land mark sebuah crown berbentuk rangkaian besi tersusun menjulang di atas atrium dan skylight, setinggi 40 m. Bangunan 4 lantai yang terdiri dari Lower Ground, Ground Floor, 1st Floor dan 2nd Floor ini dilengkapi dengan 4 void dan Escalator, Travelator dan Elevator bagi pengunjung.
Leased Mall yang mengadopsi konsep Single Coridor ini, berawal dari konsep comprehensive yang menerangkan arti kata “city” yaitu kota yang didalamnya terdapat berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut dikembangkan dalam bentuk clustered dan terwujud dalam 3 zona yang meliputi: Margo Zone, City Zone dan O-Zone dengan rincian:
- Margo Zone adalah area Food & Beverage dengan rangkaian café, restoran, patisserie and bakery serta Food Court dengan desain unik ber kapasitas 500 tempat duduk.
- City Zone merupakan area retail fashion dan life style yang menampilkan beragam fasilitas dan brand dari dalam maupun luar negri.
- Melengkapi kedua zone tersebut, area depan Margo City di lengkapi dengan O-Zone, sebuah area outdoor dengan kelengkapan fasilitas olahraga dan out door seperti : futsal, basket, jogging track, cycling track, skateboard area, bungee trampoline serta beragam fasilitas untuk mahasiswa (students center, DVD/ VCD rental, studio recording, café, dll).
Mengusung konsep minimalis, mal ini tidak banyak menampilkan ornamen pada interiornya kecuali lengkungan sisi berwarna putih penyangga atap yang hanya berada di satu sisi. Warna yang digunakan pun tidak terlalu banyak, hanya menggunakan perpaduan warna jingga, biru dan putih. Hal ini menunjukkan bahwa hal yang ingin ditonjolkan oleh margo city adalah sculpture berupa lengkungan besi berwarna putih. Konsep ini sangat berhasil karena sculpture ini kemudian menjadi landmark jalan margonda raya, dan dapat dilihat dari jarak yang cukup jauh.
Margo City memiliki koridornya yang luas. Di lantai dasar lebarnya sekitar 9 meter dan di lantai atas selebar 3 meter. Mal ini juga mengadaptasi koridor tunggal supaya pengunjung tidak bingung mencari toko tujuan.
Desain ini juga menguntungkan penyewa karena pengunjung bisa langsung melihat semua toko yang ada di mal, tidak seperti Depok Town Square yang memberikan alur sirkulasi yang menyulitkan pengunjung, karena adanya permainan arah eskalator.
Atrium terdapat di depan pintu utama seluas 400 meter persegi dengan langit-langit kaca tembus pandang setinggi 40 meter, sehingga pengunjung dapat menikmati pencahayaan alami dan pengelola dapat mengurangi penggunaan pasokan listrik di siang hari. Dari atrium tampak mahkota Margo City berupa rangkaian besi berwarna putih. Mahkota ini dibuat dengan tujuan menjadikan Margo sebagai Landmark Depok.
Margo City sendiri sejak awal direncakan sebagai pusat perbelanjaan dan pusat hiburan dengan area open space yang besar. Dapat terlihat dengan adanya area bermain bagi anak – anak dan remaja. Tersedia fasilitas untuk bermain skateboard, dan juga flying fox.
Ide memberi ruang terbuka di depan mal memang memberikan kesan lapang, tapi sayangnya ini membuat Margo hanya ramah bagi pemilik kendaraan bermotor. Pengunjung harus berjalan kaki sekitar empat menit untuk mencapai pintu utama. Untuk itu pengelola menyediakan sarana transportasi berupa mini train untuk pengunjung yang berjalan kaki.
Kanopi yang melindungi jalur pejalan kaki pun tidak sepenuhnya memadai menaungi pejalan kaki karena memiliki celah-celah yang bisa diterobos sinar atau air. Pemilik kendaraan juga mengalami masalah yang sama karena kanopi yang disediakan tidak menjangkau lokasi parkir yang jauh dari bangunan utama.
Dari sisi lingkungan, mal ini sebetulnya bisa menjadi bangunan yang lebih ramah lingkungan jika ruang terbuka yang menjadi wilayah resapan air tidak sepenuhnya ditutupi paving block. Alternatifnya, bisa disediakan area terbuka dengan pepohonan yang cukup banyak.
Hal yang patut dipelajari dari Margo City adalah letaknya yang berdekatan dengan Depok Town Square, hal ini menjadikan area jalan di depan margo City menjadi simpul kemacetan jalan Margonda Raya. Seharusnya pemerintah kota mempertimbangankan lokasi antar mall, karena dapat berdampak buruk pada aksesibilitas jalan. Selain itu, perlu dipertimbangkan mengenai kecocokkan tata guna lahan yang telah ditetapkan dengan penggunaan bangunan itu sendiri. Jangan sampai merubah tata guna lahan sebagai daerah resapan air menjadi bangunan yang hanya mempertimbangkan nilai ekonomi.
Selasa, 18 Mei 2010
Kepadatan dan Kesesakan
A. Pengertian
- Menurut Sundstorm : Sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan.
- Menurut Sarwono : Suatu keadaan akan dikatakan semakin padat bilajumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan luas ruangan.
B. Katagori Kepadatan
1. Menurut Altman (dalam studi tahun 1920-an) : Variasi indikator kepadatan berhubungan dengan tingkah laku sosial :
- Jumlah individu dalam sebuah kota
- Jumlah Individu pada daerah sensus
- Jumlah individu pada unit tempat tinggal
- Jumlah ruangan pada unit tempat tinggal
- Jumlah bangunan pada lingkungan sekitar
2. Menurut Jain (1987) : Tingkat kepadatan penduduk dipengaruhi oleh unsure-unsur :
- Jumlah individu pada setiap ruang
- Jumlah ruang pada setiap unit rumah tinggal
- Jumlah unit rumah tinggal pada setiap struktur hunian
- Jumlah struktur hunian pada setiap wilayah pemukiman
Teori Kepadatan Menurut Halohan
1. Kepadatan Spasial (Spasial Density)
Terjadi bila besar atau luas ruangan diubah menjadi lebih kecil atau sempit, sedangkan jumlah individu tetap.
2. Kepadatan Sosial (Social Density)
Terjadi bila jumlah individu ditambah tanpa diiringi penambahan luas ruang.
Teori Kepadatan Menurut Altman
1. Kepadatan Altman (Inside Density)
Jumlah individu dalam suatu ruangan atau tempat tinggal.
2. Kepadatan Luar (Outside Density)
Sejumlah individu yang berada pada suatu wilayah tertentu
C. Akibat Kepadatan Yang Tinggi
1. Menurut Taylor :
- Lingkungan sekitar merupakan sumber yang penting dalam mempengaruhisikap, perilaku dan keadaan internal individu di suatu tempat tinggal
- Rumah dan lingkungan pemukiman yaitu yang nyaman member kepuasan psikis
2. Menurut Schrr :
Kualitas pemukiman mempengaruhi persepsi diri, strss, kesehatan fisik.
Kualitas pemukiman mempengaruhi perilaku dan sikap individu.
3. Heimstra dan Mc. Farling, akibat kepadatan :
Akibat Fisik
Akibat Sosial
Akibat Psikis
KESESAKAN
Kesesakan adalah persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, bersifat psikis terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik.
1. Menurut Altman :
Kesesakan adalah suatu proses interpersonal pada tingkatan interaksi manusia dalam suatu pasangan atau kelompok kecil.
2. Menurut Baum dan Paulus :
Kepadatan dapat dirasa sebagai kesesakan atau tidak, ditentukan oleh penilaian individu berdasarkan :
a. Karakteristik setting fisik
b. Karakteristik setting social
c. Karakteristik personal
d. Kemampuan beradaptasi
3. Menurut Morris :
Kesesakan sebagai devisit suatu ruang.
4. Menurut Ancok :
Kesesakan timbul dari besar-kecilnya ukuran rumah yaitu menentukan besarnya rasio antara penghuni dan tempat (space) yang tersedia.
5. Menurut Stokols :
a. Kesesakan bukan social (nonsocial crowding)
Faktor-faktor fisik menghasilkan perasaan terhadap ruang yang tidak sebanding.
b. Kesesakan social (social crowding)
Perasaan sesak mula-mula dating dari kehadiran orang lain yang terlalu banyak.
c. Kesesakan molar (molar crowding)
Perasaan sesak yaitu dapat dihubungakan dengan skala luas, populaasi penduduk.
d. Kesesakan molekuer (molekuler crowding)
Perasaan sesak yaitu menganalisis mengenai individu, kelompok kecil dan kejadian-kejadian interpersonal.
6. Menurut Rapoport :
Kesesakan adalah suatu evaluasi subjektif dimana besarnya ruang dirasa tidak mencukupi. Batasan kesesakan melibatkan persepsi seseorang terhadap keadaan ruang yang dikaitkan dengan kehadiran sejumlah manusia. Dimana ruang yang tersedia dirasa terbatas atau jumlah manusianya yang dirasa terlalu banyak.
A. Teori-Teori kesesakan
1. Teoari Beban Stimulus
Kesesakan akan terjadi bila stimulus yang diterima individu terlalu banyak (melebihi kapasitas kognitifnya) sehingga timbul kegagalan dalam memproses stimulus atau info dari lingkungan.
Menurut Keating, Stimulus adalah hadirnya banyak orang dan aspek-aspek interaksinya, kondisi lingkunga fisik yang menyebabkan kepadatan social. Informasi yang berlebihan dapat terjadi karena :
a. Kondisi lingkungan fisik yang tidak menyenangkan
b. Jarak antar individu (dalam arti fisik) yang terlalu dekat
c. Suatu percakapan yang tidak dikehendaki
d. Terlalu banyak mitra interaksi
e. Interaksi yang terjadi dirasa terlalu dalam atau terlalu lama
2. Teori Ekologi
Membahas kesesakan dari sudut proses social
a. Menurut Micklin :
Sifat-sifat umum model pada ekologi manusia :
1. Teori ekologi perilaku : Fokus pada hubungan timbale balik antara manusia dan lingkungan.
2. Unit analisisnya : Kelompok social, bukan individu dan organisasi social memegang peranan penting
3. Menekankan pada distribusi dan penggunaan sumber-sumber material dan sosial
b. Menurut Wicker :
Teori Manning : Kesesakan tidak dapat dipisahkan dari factor setting dimana hal itu terjadi.
3. Teori Kendala Perilaku
Kesesakan terjadi karena adanya kepadatan sedemikian rupa sehingga individu merasa terhambat untuk melakukan sesuatu.Kesesakan akan terjadi bila system regulasi privasi seseorang tidak berjalan secara efektif lebih banyak kontak social yang tidak diinginkan. Kesesakan timbul karena ada usaha-usaha yang terlalu banyak, yang butuh energy fisik maupun psikis, guna mengatur tingkat interaksi yang diinginkan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesesakan
1. Faktor Personal
a. Kontrol Pribadi dan Locus Of Control; Selligman, dkk :
Kepadatan meningkat bias menghasilkan kesesakan bila individu sudah tidak punya control terhadap lingkungan sekitarnya. Control pribadi dapat mengurangi kesesakan. Locus Of Control ibternal : Kecendrungan individu untuk mempercayai (atau tidak mempercayai) bahwa keadaab yang ada di dalam dirinya lah yang berpengaruh kedalam kehidupannya.
b. Budaya, pengalaman dan proses adaptasi
Menurut Sundstrom : Pengalaman pribadi dalam kondisi padat mempengaruhi tingkat toleransi.
Menurut Yusuf : Kepadatan meningkat menyebabkan timbulnya kreatifitas sebagai intervensi atau upaya menekankan perasaan sesak.
c. Jenis kelamin dan usia
Pria lebih reaktif terhadap kondisi sesak
Perkembangan, gejala reaktif terhadap kesesakan timbul pada individu usia muda.
2. Faktor Sosial
a. Kehadiran dan perilaku orang lain
b. Formasi koalisi
c. Kualitas hubungan
d. Informasi yang tersedia
3. Faktor Fisik
- Goves dan Hughes : Kesesakan didalamnya rumah berhubungan dengan factor-faktor fisik, jenis rumah, urutan lantai, ukuran, suasan sekitar.
- Altman dan Bell, dkk : Suara gaduh,panas, polusi, sifat lingkungan, tipe suasana, karakteristik setting mempengaruhi kesesakan.
C. Pengaruh Kesesakan terhadap Perilaku
Lingkungan sesak => aktifitas seseorang terganggu => interaksi interpersonal yang tidak diinginkan => mengganggu individu mencapai tujuan => gangguan norma meningkat ketidaknyamanan => penarikan diri dan menurunnya kualitas hidup.
Pengaruh Negatif Kesesakan ;
Penurunan-penurunan Psikologis : perasaan kurang nyaman, stress, cemas, suasana hati yang kurang baik, prestasi menurun, agresifitas meningkat, dan lain-lain.
Malfungsi Fisiologis : Meningkatnya tekanan darah dan detak jantung, penyakit-penyakit fisik.
Hubungan Sosial Individu : Kenakalan remaja, menurunnya sikap gotong royong, menarik diri, berkurangnya intensitas hubungan social, dll.
Asumsi Konsekuensi Negatif dari Kesesakan :
1. Model beban stimulus
2. Model kendala perilaku
3. Model ekologi
Perilaku negative akibat sesak dan padat hanya terjadi pada situasi dimana pilihan-pilihan yang tersedia sedikit.
4. Model atribusi
Akibat negative kepadatan dan kesesakan hanya terjadi pada tempat dan situasi teryentu.
5. Model aurosal
Kepadatan dan kesesakan menyebabkan terstimulinya perangkat-perangkat fisiologis tekanan darah meningkat.
Jumat, 09 April 2010
Privasi (Personal Space) dan Teritorial
Pengertian Privasi sendiri antara lain adalah :
Privasi adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. (http://id.wikipedia.org/wiki/Privasi)
Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan menyangkut keterbukaan atau ketertutupan , yaitu adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar di capai orang lain. (Dibyo Hartono, 1986)
Psikologi mengartikan ‘privacy’ sebagai kebebasan pribadi untuk memilih apa yang akan di sampaikan. Dengan perkataan lain, ‘privacy’ dalam psikologi belum tentusampaikan atau dikomunikasikan tentang dirinya sendiri dan kepada siapa akan disampaikan akan tercipta hanya dengan adanya batasan-batasan fisik saja. Psikologipun mengklasifikasikan ‘privacy’ ini menjadi: ‘solitude’ yang berarti kesunyian, ‘intimacy’ atau keintiman, ‘anonymity’ atau tanpa identitas, dan ‘reserve’ yang berarti kesendirian.
Privacy memiliki 2 jenis penggolongan,
1. Golongan yang berkeinginan untuk tidak diganggu secara fisik.
a. Keinginan untuk menyendiri (solitude)
Misalnya ketika seseorang sedang dalam keadaan sedih dia tidak ingin di ganggu oleh siapapun.
b. Keinginan untuk menjauhkan dari pandangan atau gangguan suara tetangga / lalu lintas (seclusion)
Misalnya saat seseorang ingin menenangkan pikirannya , ia pergi ke daerah pegunungan untuk menjauhkan diri dari keramaian kota.
c. Keinginan untuk intim dengan orang-orang tertentu saja, tetapi jauh dari semua orang (intimacy)
Misalnya orang yang pergi ke daerah puncak bersama orang-orang terdekat seperti keluarga.
2. Golongan yang berkeinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang berwujud dalam tingkah laku hanya memberi informasi yang dianggap perlu.
a. Keinginan untuk merahasiakan jati diri (anaonimity)
b. Keinginan untuk tidak mengungkapkn diri terlalu banyak kepada orang lain (reserve)
c. Keinginan untuk tidak terlibat dengan tetangga (not neighboring)
Pelanggaran dari beberapa persyaratan privasi
Dalam hubungannya dengan orang lain, manusia memiliki referensi tingkat privasi yang diinginkannya. Ada saat-saat dimana seseorang ingin berinteraksi dengan orang lain (privasi rendah) dan ada saat-saat dimana ia ingin menyendiri dan terpisah dari orang lain (privasi tunggu). Untuk mencapai hal itu, ia akan mengkontrol dan mengatur melalui suatu mekanisme perilaku.
Personal space/ruang pribadi adalah kawasan sekitarnya seseorang yang mereka anggap sebagai psikologis mereka. Invasi ruang pribadi sering menyebabkan ketidaknyamanan, kemarahan, atau kecemasan pada pihak korban. (Edward T. Hall , yang gagasannya dipengaruhi oleh Heini Hediger)
Ruang pribadi Seseorang (dan sesuai zona kenyamanan ) adalah sangat bervariasi dan sulit untuk mengukur secara akurat. Perkiraan tempat itu sekitar 24,5 inci (60 cm) di kedua sisinya, 27,5 inci (70 cm) di depan dan 15,75 inci (40 cm) di belakang untuk orang Barat rata-rata.
Ruang pribadi adalah sangat bervariasi. Mereka tinggal di sebuah tempat yang berpenduduk padat cenderung memiliki ruang pribadi yang lebih kecil.Warga India cenderung memiliki ruang pribadi lebih kecil daripada di Mongolia padang rumput, baik dalam hal rumah dan individu. Untuk contoh yang lebih rinci, lihat kontak Tubuh dan ruang pribadi di Amerika Serikat.
Ruang pribadi telah berubah historis bersama dengan batas-batas publik dan swasta dalam budaya Eropa sejak Kekaisaran Romawi. Topik ini telah dieksplorasi dalam A History of Private Life, di bawah redaktur umum Philippe Aries dan Georges Duby, diterbitkan dalam bahasa Inggris oleh Belknap Press.
ruang pribadi adalah juga dipengaruhi oleh posisi seseorang dalam masyarakat dengan individu-individu lebih makmur menuntut ruang pribadi yang lebih besar. Orang membuat pengecualian terhadap, dan memodifikasi persyaratan ruang mereka. Misalnya dalam pertemuan romantis tegangan dari jarak dekat yang memungkinkan ruang pribadi dapat ditafsirkan kembali ke semangat emosional. Selain itu, sejumlah hubungan memungkinkan untuk ruang pribadi untuk dimodifikasi dan ini termasuk hubungan keluarga, mitra romantis, persahabatan dan kenalan dekat di mana tingkat yang lebih besar dari kepercayaan dan pengetahuan seseorang memungkinkan ruang pribadi harus dimodifikasi.
Tinjauan teori teritorialitas
Lebih lanjut Irwin Altman menyatakan bahwa :
… Territorial behaviour is a self-other boundary regulation mechanism that involves personalization of or marking a place or object and communication that it is owned by a person or group.
Definisi diatas menyatakan karakter dasar dari suatu teritori yaitu tentang
1. Kepemilikan dan tatanan tempat.
2. Personalisasi atau penandaan wilayah.
3. Taturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan
4. Kemampuan berfungsi yang meliputi jangkauan kebutuhan fisik dasar sampai kepuasan kognitif dan kebutuhan aesthetic
Berdasar teorisasi tersebut diletakkan dasar pengertian sekaligus batasan definisi tentang tempat privat dan tempat public Place pada pernyataan di atas menunjuk pada ruang dalam konteks perilaku lingkungan yang dinyatakan dengan adanya batas fisik yang dibangun melingkupi suatu ruang ( terkadang dengan tujuan untuk membatasi gerak, pandangan atau suara ). Ruang juga ditandai (sebagai batasan) oleh perilaku organisme yang diwadahinya. Pertahanan atas serangan terhadap territorial hendaknya tidak dibaca secara harfiah. Karakter perilaku keruangan dalam suatu ruangan bisa sangat beragam namun ada satu kesamaan mendasar yang disebut ‘teritoriality’.
Manusia berakal mendudukkan teritory sebagai wilayah kekuasaan dan pemilikan yang merupakan organisasi informasi yang berkaitan dengan identitas kelompok.( sebagai contoh adalah pernyataan ‘apa yang kita punya’ dan ‘apa yang mereka punya’).
Irwin Altman (1975) membagi teritori menjadi tiga kategori dikaitkan dengan keterlibatan personal, involvement, kedekatan dengan kehidupan sehari hari individu atau kelompok dan frekuensi penggunaan.
Tiga kategori tersebut adalah primary,secondary dan public territory.
1. Primary territory, adalah suatu area yang dimiliki, digunakan secara eksklusif, disadari oleh orang lain, dikendalikan secara permanen, serta menjadi bagian utama dalam kegiatan sehari-hari penghuninya.
2. Secondary territory, adalah suatu area yang tidak terlalu digunakan secara eksklusif oleh seseorang atau sdekelompok orang mempunyai cakupan area yang relatif luas, dikendalikan secara berkala.
3. Public territory, adalah suatu area yang digunakan dan dapat diamsuki oleh siapapun akan tetapi ia harus mematuhi norma-norma serta aturan yang berlaku di area tersebut.
Ketiga kategori tersebut sangat spesifik dikaitkan dengan kekhasan aspek kultur masyarakatnya. Kalau merujuk pada batasan diatas maka yang disebut dengan tempat privat adalah setara dengan primary teritory sedangkan tempat publik setara dengan public territory.
Dalam terminologi perilaku , hal diatas berkaitan dengan apa yang disebut sebagai privacy manusia. Seperti yang dinyatakan oleh Edney (1976). Type dan derajat privacy tergantung pola perilaku dalam konteks budaya, dalam kepribadiannya serta aspirasi individu tersebut.
Penggunaan dinding, screen, pembatas simbolik dan pembatas teritory nyata, juga jarak merupakan mekanisme untuk menunjukkan privacy.
Tiap individu mempunyai perbedaan perilaku keruangannya. Perbedaan ini merefleksikan perbedaan pengalaman yang dialami dalam pengelolaan perilaku keruangan sehubungan dengan fungsinya sebagai daya proteksi dan daya komunikasi. Yang menyebabkan perbedaan tanggapan ini antara lain jenis kelamin, daya juang, budaya, ego state, status sosial, lingkungan, dan derajat kekerabatan (affinity) sebagai sub system perilaku. Lebih jauh hal ini akan menentukan kualitas dan keluasan personal space yang dimiliki tiap individu ( disamping tentu saja
adanya pengaruh schemata, afeksi, perilaku nyata, pilihan tiap individu).
Seperti yang telah dikemukan, bahwa pada konsep pendekatan perilaku dalam desain ruang publik, teritorialitas merupakan hal yang sangat mempengaruhi perilaku pada ruang publik, karena pembentukan teritori yang lebih luas dari individu atau kelompok akan menyangkut pula pada hak teritorial individu atau kelompok lainnya. Hal tersebut sering kali membuat terjadinya masalah diruang publik, hingga dalam desain ruang publik harus betul-betul memperhatikan dan menekankan desain pada perilaku teritorialitas.
1. Pelanggaran dan pertahanan teritori
Bentuk pelanggaran teritori dapat diindikasikan adalah sebagai suatu invasi ruang. Secara fisik seseorang memasuki teritori orang lain biasanya dengan maksud mengambil kendali atas teritori tersebut.
Bentuk kedua adalah kekerasan sebagai sebuah bentuk pelanggaran yang bersifat temporer atas teritori orang lain, biasanya hal ini bukan untuk menguasai teritori orang lain melainkan suatu bentuk gangguan, seperti gangguan terhadap fasilitas publik.
Bentuk ketiga adalah kontaminasi, yaitu seseorang mengganggu teritori orang lain dengan meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan seperti sampah, coretan atau merusaknya.
Pertahanan yang dapat dilakukan untuk mencegah pelanggaran teritori antara lain; 1) Pencegahan seperti memberi lapisan pelindung, memberi rambu-rambu atau pagar batas sebagai antisipasi terhadap bentuk pelanggaran.2) Reaksi sebagai respon terhadap terjadinya pelanggaran, seprti menindak si pelanggar.
1. Pengaruh pada teritorialitas.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keanekaan teritori adalah karakteristik personal seseorang, perbedaan situasional dan faktor budaya.
a). Faktor Personal
Faktor personal yang mempengaruhi karakteristik seseorang yaitu jenis kelamin, usia dan kepribadian yang diyakini mempunyai pengaruh terhadap sikap teritorialitas.
b). Faktor Situasi
Perbedaan situasi berpengaruh pada teritorialitas, ada dua aspek situasi yaitu tatanan fisik dan sosial budaya yang mempunyai peran dalam menentukan sikap teritorialitas.
c). Faktor budaya
Faktor budaya mempengaruhi sikap teritorialitas. Secara budaya terdapat perbedaan sikap teritori hal ini dilatar belakangi oleh budaya seseorang yang sangat beragam. Apabila seseorang mengunjungi ruang publik yang jauh berada diluar kultur budayanya pasti akan sangat berbeda sikap teritorinya. Sebagai contoh seorang Eropa datang dan berkunjung ke Asia dan dia melakukan interaksi sosial di ruang publik negara yang dikunjungi, ini akan sangat berbeda sikap teritorinya.
2. Teritorialitas dan agresi
Salah satu aspek yang paling menarik dari teritorialitas adalah hubungan antara teritori dan agresi. Walaupun tidak selalu disadari, teritori berfungsi sebagai pemucu agresi dan sekaligus sebagai stabilisator untuk mencegah terjadinya agresi. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan antara teritorialitas dan agresi adalah status dari teritori tertentu ( apakah teritori tersebut belum terbentuk secara nyata atau dalam perebutan, atau sudah tertata dengan baik ). Ketika teritori belum terbentuk secara nyata, atau masih dalam perebutan agresi lebih sering terjadi.
Apa akibatnya jika terjadi invasi teritori ?, Altman (1975), mengatakan bahwa atribusi yang kita pergunakan untuk menilai suatu tindakan akan menentukan respon terhadap invasi teritori tersebut hingga kita hanya akan merasakan suatu tindakan agresi pada saat kita merasakan tidak orang lain yang kita anggap mengancam. Kemudian secara umum kita memakai respon verbal, kemudian memakai cara-cara fisik seperti memasang papan atau tanda peringatan.
Teritorialitas berfungsi sebagai proses sentral dalam personalisasi, agresi, dominasi, koordinasi dan kontrol.
a). Personalisasi dan penandaan.
Personalisasi dan penandaan seperti memberi nama, tanda atau menempatkan di lokasi strategis, bisa terjadi tanpa kesadaran teritorialitas. Seperti membuat pagar batas, memberi nama kepemilikan. Penandaan juga dipakai untuk mempertahankan haknya di teritori publik, seperti kursi di ruang publik atau naungan.
b). Agresi.
Pertahanan dengan kekerasan yang dilakukan seseorang akan semakin keras bila terjadi pelanggaran di teritori primernya dibandingkan dengan pelanggaran yang terjadi diruang publik. Agresi bisa terjadi disebabkan karena batas teritori tidak jelas.
c). Dominasi dan Kontrol.
Dominasi dan kontrol umumnya banyak terjadi di teritori primer. Kemampuan suatu tatanan ruang untuk menawarkan privasi melalui kontrol teritori menjadi penting.
3. Teritori sebagai perisai perlindungan.
Banyak individu atau kelompok rela melakukan tindakan agresi demi melindungi teritorinya, maka kelihatannya teritori tersebut memiliki beberapa keuntungan atau hal yang dianggap penting. Kebenaran dari kalimat ” Home Sweet Home”, telah diuji dalam berbagai eksperimen. Penelitian mengenai teritori primer, skunder, dan publik menunjukkan, bahwa orang cenderung merasa memiliki kontrol terbesar pada teritori primer, dibanding dengan teritori sekunder maupun teritori publik. Ketika individu mempresepsikan daerah teritorinya sebagai daerah kekuasaannya, itu berarti mempunyai kemungkinan untuk mencegah segala kondisi ketidak nyamanan terhadap teritorinya.
Seringkali desain ruang publik tidak memperhatikan kebutuhan penghuninya untuk memanfaatkan teritori yang dimilikinya.
Minggu, 28 Maret 2010
Perilaku Manusia Pada Open Space
Begitu dengar judul di atas, pasti langsung bertanya tanya "Apa sih Open Space itu??"
terdiri dari dua kata (Open and Space). Open sendiri berasal dari bahasa Inggris yang artinya "Buka, Terbuka" dan Space yang berarti "Tempat".
Kalau secara bahasa OPEN SPACE adalah Tempat Terbuka, tapi tempat terbuka yang kayak gimana sih????Well, let's find out the answers...
(Searching Mode : ON)
Dan ternyata Ruang itu memiliki arti yang banyak lho (padahal belum membahas mengenai Ruang Terbuka), jadi kita mulai dulu dari pengertian Ruang yaaa??? (n_n)
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di
dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan
kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. (Undang Undang No. 26 Tahun 2007)
Pada Undang-Undang No.26 Tahun 2007 juga dijelaskan mengenai Ruang Terbuka Hijau, Undang-undang ini sendiri merupakan hasil revisi dari Permendagri (Rupanya pemerintah sudah mulai sadar dengan keadaan di Indonesia, yang minim dengan ruang terbuka hijau) well, nice breakthrough b(n_n)d
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. (Undang Undang No. 26 Tahun 2007)
Sebenarnya Ruang Terbuka itu kayak gimana sih fisiknya???lihat deh di gambar-gambar di bawah ini (biar gak bosen)
Nih Contohnya lahan terbuka hijau di Amerika, Nice Place to enjoying our vacation right???
(n_n)
Fungsi Ruang Terbuka
Pada dasarnya fungsi ruang terbuka dapat dibedakan menjadi dua fungsi utama yaitu :
· Fungsi Sosial
Fungsi sosial dari ruang terbuka anatar lain:
a. tempat bermain dan berolahraga;
b. tempat bermain dan sarana olahraga;
c. tempat komunikasi sosial
d. tempat peralihan dan menunggu;
e. tempat untuk mendapatkan udara segar
f. sarana penghubung satu tempat dengan tempat lainnya;
g. pembatas diantara massa bangunan;
h. sarana penelitian dan pendidikan serta penyuluhan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan;
i. sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, dan keindahan lingkungan.
· Fungsi Ekologis
Fungsi ekologis dari ruang terbuka antara lain :
a. penyegaran udara, mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro;
b. menyerap air hujan;
c. pengendali banjir dan pengatur tata air;
d. memelihara ekosistem tertentu dan perlindungan plasma nuftah;
e. pelembut arsitektur bangunan.
Di negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika, pemerintah dan masyarakatnya sudah sangat memperhatikan masalah ini. Banyak fasilitas ruang terbuka bagi publik yang diolah sedemikian rupa di area permukiman atau perdagangan yang padat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan untuk berbagai macam kegiatan. Hal ini sangat berbeda dengan kawasan perkotaan di Indonesia yang sebagian besar lebih memilih untuk membangun “hutan beton” yang bernilai ekonomi tinggi namun mengabaikan kebutuhan akan square. Sebuah kenyataan yang patut disayangkan. Idealnya sebuah kota/ kawasan yang nyaman (livable) mempunyai keseimbangan yang ideal antara bangunan fisik (solid) dan ruang terbuka (void). Keseimbangan tersebut sangat relatif, tergantung dari kebutuhan masyarakatnya. Jumlah penduduk, luas wilayah kawasan kota, serta budaya masyarakat lokal merupakan beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan square. Contoh kasus, di Kawasan Kraton Yogyakarta terdapat lapangan besar (alun-alun) yang terletak persis di depan Kraton. Pada jaman dulu alun-alun tersebut merupakan pekarangan tempat tinggal raja dan digunakan sebagai tempat menunggu bagi para rakyat yang ingin mengajukan permohonan kepada sang raja. Pada perkembangan selanjutnya, setelah pengaruh Islam yang disebarkan oleh Wali Songo masuk ke Jawa (± abad ke-17 Masehi), square tersebut digunakan setiap tahun sebagai tempat untuk perayaan pasar malam Sekaten (sampai saat ini) dalam rangka memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kini di jaman modern, kebutuhan masyarakat akan square makin meningkat seiring dengan arah perkembangan kota. Kegiatan masyarakat kota masa kini lebih kompleks dibandingkan masyarakat kota jaman dulu. Otomatis konsep penataanya pun harus lebih ideal. Namun di sebagian besar kawasan kota di Indonesia yang terjadi malah sebaliknya. Jumlah penduduk yang besar hanya menambah permukiman yang padat dan tidak tertata serta mengabaikan keberadaan open space bagi publik (square). Padahal banyak sekali kegiatan masyarakat kota yang dapat diwadahi di area ini. Masyarakat kota dapat melakukan interaksi sosial dengan anggota masyarakat lainnya. Kegiatan olahraga, rekreatif bahkan edukatif juga dapat dilakukan di tempat tersebut. Anak-anak mempunyai tempat bermain dengan teman sebayanya, bahkan penghijauan yang sangat bermanfaat bagi paru-paru kota juga dapat dilakukan di tempat ini.
Kamis, 07 Januari 2010
MY PLAN FOR HIGH RISE BUILDING MANIPULATION
Masih ngarep bakal pake sistem-sistem kyk di bawah ini...
cuma kepentok 3D... aaahhhh Laptop gwe dudulism...
coba kita reseach ajalah mengenai struktur-strukturnya... nambah ilmu... nambah sotoy..
hahahahahahahaha
jadii...
gwe pengen banget buat high rise building yang kyk pita dililit2 gitu...
efek gara2 liat Dubai Vertical City yang kayak ginih =-P~
kereeeeennnn kaaannn????
jadi gw memutuskan untuk memakai :
~to be continue~
anjrooottt warnetnya tiba2 ngehang
(@_@)
Senin, 04 Januari 2010
Precast Concrete
Precast Concrete adalah concrete (beton) yang dibuat di pabrik (fabrikasi), pembuatannya tidak langsung di lokasi proyek. Ukurannya berdasarkan pada detail gambar rencana kerja. Keuntungan penggunaan Precast Concrete adalah mempercepat waktu pengerjaan, mengurangi resiko bagi pekerja, kualitasnya juga lebih bagus dibandingkan dengan beton in situ karena proses pembuatannya di pabrik, tingkat kekuatan dan kekakuan struktur lebih bagus akan tetapi tidak mengurangi sisi arsitekturalnya (keindahan).
contohnya pada gambar di bawah ini, dengan menggunakan precast kita tetap dapat menciptakan bentukkan dinamisBagaimana tidak, dengan digunakannya precast maka semua komponen yang seharusnya dikerjakan di atas bangunan sehingga susah dijangkau arsitek untuk diawasi maka dapat dilakukan di bawah sehingga si arsitek dengan leluasa mengawasi kualitas produk yang akan dipasangnya. Kecuali itu, umumnya produk precast adalah untuk komponen-komponen yang berulang (repetitif) sehingga prosesnya seperti halnya industri pada umumnya, dibuat satu dulu sebagai contoh, jika memuaskan akan dikerjakan lainnya dengan kualitas yang sama.
Untuk produk precast, yang sangat berperan adalah teknology yang digunakannya. Siapa yang membuatnya. Tidak hanya perencanaannya saja yang harus bagus tetapi juga perlu pelaksanaan yang baik. Precast for finishing, yang diperuntukkan untuk keindahan, yang terlihat dari luar untuk ditampilkan, jelas lebih sulit dibanding produk precast yang sekedar untuk komponen struktur saja. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan, misalnya : ketahanan terhadap cuaca (tidak retak, keramik lepas atau berubah warna), kebocoran terhadap air hujan (teknologi karet sealant, seperti yang terpasang pada pintu mobil), presisi yang tinggi, juga detail yang benar dari takikan-takikan yang dibuat agar air yang menimpanya selama bertahun-tahun tidak meninggalkan jejak yang terlihat dari luar, juga detail sambungan dengan bangunan utamanya, bagaimana mengantisipasi deformasi bangunan yang timbul ketika ada gempa dll-nya tanpa mengalami degradasi kinerja dan lainnya.
Jenis Jenis penggunaan Precast Concrete :
1. Foundation Piles
2. dinding
3. Balok
4. Tangga
5. Pagar
6. Ornamen
Prinsip-prinsip pengangkatan Precast Concrete