Bangunan cagar budaya yang masuk golongan A merupakan bangunan yang keseluruhan bagiannya tidak boleh diubah dari bentuk aslinya. Dengan alasannya apapun, pemugaran tidak dibenarkan. Bila ada yang melanggar tentu akan ditindak sesuai ketentuan yang berlaku.
Secara hukum keberadaan bangunan cagar budaya dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya serta Perda Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan Bangunan Cagar Budaya.
Sejarah bangunan-bangunan kuno di Jakarta memang sangat menyenangkan. Salah satunya, Masjid Agung Sunda Kelapa di Jl Taman Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan ini merupakan masjid pertama yang menerapkan perpaduan antara ibadah, perekonomian, dan pendidikan. Konsep ini terinspirasi oleh fungsi masjid yang dikembangkan pada zaman Nabi beberapa abad silam. Dimana masjid menjadi pusat aktivitas ibadah dan sosial.
Perpaduan konsep ini terlihat dari sejumlah ruangan dan bangunan pendukung di areal seluas 9.920 meter persegi itu. Di antaranya, ruang ibadah utama, ruangan aula yang juga sebagai ruang dakwah, perpustakaan, kantor bagi para pengurus masjid, dan satu Rumah Sehat yang diperuntukan warga kurang mampu. Ruangan merepresentasikan kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan Rasulullah pada waktu itu.
Disamping itu, disain interior bangunan masjid ini juga kaya hiasan kaligrafi dari Timur Tengah. Salah satunya, berbentuk perahu sebagai makna simbolik kepasrahan seorang muslim saat duduk bersila dengan tangan menengadah. Sedangkan dari sisi luar, sejumlah bangunan masjid yang dibangun tahun 1971 ini terlihat unik. Misalkan, bangunan kubah dengan dihiasi batu marmer berwarna hijau berbentuk elips dan di seluruh dindingnya dihiasi kaligrafi berlafadzkan Allah.
Keindahan juga terpancar pada bagian bangunan utama yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Bangunan utama ini disanggah dengan 12 kayu dan dikelilingi hiasan kaligrafi. Secara umum gaya arsitektur yang diterapkan pada masjid ini mengikuti gaya yang berkembang pada masa itu. Berciri modern, praktis dan sederhana dalam memilih bentuk pintu, jendela, maupun asesoris. Ini bisa dilihat dari bentuk bangunan yang lebih mengandalkan struktur beton pada pilar, list-plang, dan atap.
Secara hukum keberadaan bangunan cagar budaya dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya serta Perda Nomor 9 Tahun 1999 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan Bangunan Cagar Budaya.
Sejarah bangunan-bangunan kuno di Jakarta memang sangat menyenangkan. Salah satunya, Masjid Agung Sunda Kelapa di Jl Taman Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Bangunan ini merupakan masjid pertama yang menerapkan perpaduan antara ibadah, perekonomian, dan pendidikan. Konsep ini terinspirasi oleh fungsi masjid yang dikembangkan pada zaman Nabi beberapa abad silam. Dimana masjid menjadi pusat aktivitas ibadah dan sosial.
Perpaduan konsep ini terlihat dari sejumlah ruangan dan bangunan pendukung di areal seluas 9.920 meter persegi itu. Di antaranya, ruang ibadah utama, ruangan aula yang juga sebagai ruang dakwah, perpustakaan, kantor bagi para pengurus masjid, dan satu Rumah Sehat yang diperuntukan warga kurang mampu. Ruangan merepresentasikan kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan Rasulullah pada waktu itu.
Disamping itu, disain interior bangunan masjid ini juga kaya hiasan kaligrafi dari Timur Tengah. Salah satunya, berbentuk perahu sebagai makna simbolik kepasrahan seorang muslim saat duduk bersila dengan tangan menengadah. Sedangkan dari sisi luar, sejumlah bangunan masjid yang dibangun tahun 1971 ini terlihat unik. Misalkan, bangunan kubah dengan dihiasi batu marmer berwarna hijau berbentuk elips dan di seluruh dindingnya dihiasi kaligrafi berlafadzkan Allah.
Keindahan juga terpancar pada bagian bangunan utama yang berfungsi sebagai tempat ibadah. Bangunan utama ini disanggah dengan 12 kayu dan dikelilingi hiasan kaligrafi. Secara umum gaya arsitektur yang diterapkan pada masjid ini mengikuti gaya yang berkembang pada masa itu. Berciri modern, praktis dan sederhana dalam memilih bentuk pintu, jendela, maupun asesoris. Ini bisa dilihat dari bentuk bangunan yang lebih mengandalkan struktur beton pada pilar, list-plang, dan atap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar