Jumat, 15 April 2011

Mari Kita Pugar Lawang Sewu


Konservasi dapat didefinisikan sebagai usaha untuk menghambat atau melindungi bangunan dari pengaruh penyebab kerusakan lebih lanjut sehingga dapat memperpanjang usia bangunan. Bidang konservasi mempunyai tugas yang penting dalam pemugaran bangunan cagar budaya yaitu sejak sebelum pemugaran, pelaksanaan pemugaran dan setelah pemugaran selesai. Di dalam studi pemugaran gedung Lawang Sewu ini, bidang konservasi melaksanakan pekerjaan observasi kerusakan bahan bangunan, rencana penanganan termasuk bahan konservasi yang digunakan.

KERUSAKAN BAHAN BANGUNAN

Observasi bahan bangunan gedung Lawang Sewu dilakukan secara detail bagian per bagian, ruang per ruang, jenis bahan yang digunakan mulai dari fondasi, lantai, dinding, pintu, jendela, plafon sampai atap bangunan.

Kerusakan berdasarkan hasil observasi adalah sebagai berikut :

Kerusakan mekanis

Kerusakan mekanis disebabkan faktor konstruksi dan struktur bangunan itu sendiri maupun faktor dari luar. Kerusakan jenis ini banyak dijumpai pada lantai (tegel keramik banyak yang lepas, retak dan pecah)

Kerusakan fisis

Jenis kerusakan ini disebabkan oleh faktor eksternal seperti angin, hujan dan terik matahari. Hampir seluruh komponen bangunan tembok Lawang Sewu dari lantai 1 sampai 3 mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor ini sehingga tampak aus, rapuh, kusam dan mengelupas. Selain itu komponen bahan bangunan dari kayu seperti pintu, jendela, kayu blandar dan sebagainya juga rentan rusak akibat faktor ini.

Kerusakan khemis

Kerusakan ini terutama disebabkan oleh air hujan yang mengakibatkan oksidasi terutama pada bahan bangunan yang terbuat dari besi atau seng. Lambat laut bahan bangunan tersebut akan hancur apabila tidak segera ditangani secara tepat.

Kerusakan bio khemis

Pengamatan selama studi dijumpai bahwa pada atap bangunan gedung Lawang Sewu banyak dihuni kelelawar. Kotoran kelelawar yang berserakan di lantai atau pada plafon bangunan apabila dalam kondisi lembab akan bereaksi dengan H2O. Sulfat yang terkandung dalam kotoran kelelawar akan berubah menjadi H2So4 yang mengakibatkan mempercepat kerusakan bahan-bahan bangunan yang terbuat dari besi, kayu dan spesi tembok. Kerusakan bio khemis lainnya terdapat pada papan-pan kayu hiasan

KONDISI BANGUNAN

Pengamatan terhadap kondisi bangunan Gedung Lawang Sewu meliputi bagian fondasi, lantai, pintu, Jendela, dinding tembok, plafon dan atap. Berikut disampaikan hasil pengamatan terhadap masing-masing komponen bangunan tersebut :

Fondasi

Fondasi masih sangat kokoh, tidak dijumpai adanya retakan, pecah, melesak dan geser. Adanya ventilasi yang tersumbat pada bagian fondasi perlu mendapat perhatian.

Lantai

Lantai bangunan gedung Lawang Sewu dilapisi dengan ubin keramik ukuran 15 x 15 cm dengan warna variasi abu-abu, merah, hitam, hijau dan putih. Lantai seperti ini terdapat pada ruang-ruang (kamar-kamar) bangunan dan selasar sisi luar. Pada ruang utama lantai terbuat dari marmer putih ukuran 55 x 55 cm dengan dihiasi lis serta marmer berwarna hitam ukuran 20 x 55 cm. Lantai pada bangunan lantai 3 hanya di floor biasa dengan kondisi hampir 100 % rusak.

Lantai ubin secara umum masih baik, namun masih terdapat lantai ubin hilang, rusak, lepas dan rusak akibat vandalisme. Selain itu dijumpai kerusakan mekanis seperti retak dan pecah.

Pintu dan Jendela

Bahan yang digunakan untuk pintu dan jendela adalah kayu jati dengan kualitas baik. Lubang ventilasi kayu di atas pintu hampir semuanya kosong dan kacanya banyak yang pecah. Kerusakan terparah akibat vandalisme adalah daun pintu dan daun jendela banyak yang hilang. Selain itu engsel-engsel dalam kondisi aus.

Dinding Tembok

Dinding terbuat dari susunan batu bata berspesi dan diberi acian. Bahan bata kondisinya masih cukup baik, namun acian dan cat sebagian besar kusam, lapuk dan mengelupas. Dari hasil pengamatan selama studi, dinding tembok Gedung Lawang Sewu telah mengalami pengecatan berkali-kali dengan warna putih – hitam – kuning krem – putih. Warna asli bangunan dilihat dari strata warna cat terdalam adalah putih.

Plafon

Plafon Lantai 1 merupakan bagian dari lantai 2 yang dibuat variasi lengkung dengan perkuatan balok-balok besi melintang dan membujur. Balok-balok besi sudah berkarat dan acian di bawahnya rusak.

Plafon lantai 2 pada bagian koridor kanan – kiri terbuat dari kayu jati dengan balok-balok perkuatan juga terbuat dari kayu jati. Kondisi secara umum masih cukup baik, namun terdapat beberapa bagian papan kayunya hilang, aus dan lapuk sehingga diperlukan penggantian.

Plafon bangunan lantai 3 semuanya terbuat dari papan kayu jati. Secara umum kondisinya masih cukup baik hanya perlu pembenahan dan perawatan secara menyeluruh.

Atap

Atap bangunan gedung Lawang Sewu menggunakan bahan genting dengan kualitas sangat baik. Bagian atap yang mengalami kerusakan hampir seluruhnya adalah talang air yang terbuat dari seng. Sedangkan talang yang terbuat dari besi kerusakan berupa adanya lubang-lubang kecil akibat korosi dan karat. Pipa pembuangan air dari talang menuju ke bawah yang terbuat dari besi kondisinya masih cukup baik.

Konstruksi penyangga atap terbuat dari besi terutama bagian kuda-kudanya. Perkuatan dengan menggunakan balok-balok kayu jati ukuran 15 x 20 cm dengan panjang bervariasi. Balok-balok perkuatan kuda-kuda 95 % hilang.

Konstruksi atap gedung A tidak menggunakan usuk. Reng yang berukuran 3 x 4 cm melekat pada papan plafon yang langsung ditutup dengan genting.

Bubungan atap menggunakan genting krepus. Kondisi bilah krepus masih baik hanya acian dan spesi genting krepus 100 % pecah dan retak. Sedangkan pada bagian atap menara bangunan ditutup dengan bahan besi yang dibentuk menyerupaim kubah dimana kondisinya sudah pecah dan aus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar